Tips And Tricks

5 Strategi Mengatasi Kesenjangan Generasi di Dunia Kerja

Di era digital penuh dengan sorotan teknologi, dinamika dalam lingkungan kerja saat ini semakin beragam. Kita dapat menyaksikan perpaduan dinamis dari keanekaragaman lapisan generasi. Dengan generasi senior atau kerap dengan sebutan “boomers” yang kemudian didampingi dengan masuknya generasi muda ke dunia kerja, banyak didapati perpadanan unik diwarnai pengalaman serta perspektif yang majemuk. 

Akan tetapi, sayangnya, dari semakin menjulangnya heterogenitas dari perbedaan antar generasi ini, konflik dapat berpotensi untuk terus muncul di dunia kerja. Generasi Z atau zoomer yang sedari awal sudah terpapar teknologi dipadukan dengan Boomers yang baru baru ini mendapati exposure mengenai digitalisasi, tentunya mempengaruhi interaksi, kebiasaan kerja, serta cara pandang mereka saat bekerja. Dampak signifikan terhadap cara perilaku saat bekerja antargenerasi ini kerap berkembang. 

Sentimen hingga perdebatan lantas menjadi buah dari permasalahan generasional ini. Oleh karena itu, perusahaan harus secara serius mempertimbangkan keluhan, kebutuhan, dan preferensi generasi yang terus merekah hingga sekarang. Inklusivitas harus terus diterapkan supaya semua kalangan dapat berpartisipasi dengan seimbang.

5 strategi ini dapat dinilai efektif untuk menjembatani kesenjangan generasi di dunia kerja.

1. Menerapkan praktek kerja lintas generasi yang kolaboratif 

Kesenjangan generasi yang mencakup beragam pemikiran, nilai, dan ekspektasi dapat memberikan dampak terhadap keberlangsungan suatu kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk mengedepankan budaya dan praktek kerja yang inklusif dan kolaboratif terhadap setiap generasi secara serius. Dalam pengambilan keputusan, juga harus difasilitasi iklim yang mendorong kolaborasi antar individu sehingga menumbuhkan beraneka ragam perspektif generasional sehingga ide-ide unik dapat dikembangkan.

2. Menghargai berbagai pendekatan orang saat berkomunikasi 

Generasi yang penuh dengan perbedaan tentunya memiliki beraneka rupa metode berkomunikasi. Ada pun berbagai terminologi yang kerap digunakan antar generasi, seperti maraknya tren bahasa di kalangan Gen Z. Dalam hal ini, perusahaan perlu untuk berupaya memahami beragam cara komunikasi terhadap masing-masing generasi. Sama pentingnya bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan preferensi komunikasi yang ada sehingga kesalahpahaman dapat terhindar. Dalam hal ini, perusahaan dapat menekuni sesi diskusi terbuka generasional yang terbuka demi menumbuhkan empati serta komprehensi antar pekerja. 

3. Menerapkan kebijakan perusahaan yang inklusif dan fleksibel 

Untuk memenuhi macam-macam kebutuhan pekerja, perusahaan dapat memberlakukan pengaturan kerja yang adaptif. Perusahaan dapat memastikan untuk keperluan akomodasi preferensi lintas enerasi tanpa mengurangi efisiensi kinerja perusahaan. Hal ini juga berlaku terhadap kebijakan jam kerja serta lokasi kerja yang fleksibel, tetapi tetap mempertimbangkan efektivitas serta kebutuhan perusahaan. Di era yang penuh teknologi seperti saat ini, penerapan sistem yang memanfaatkan digitalisasi serta platform online perlu dimaksimalkan. 

4. Merangkul indahnya keberagaman generasi 

Perusahaan harus menekankan setiap bakat yang dibawa oleh karyawan lintas generasi ke dalam lingkungan profesional, dilengkapi pengakuan terhadap pencapaian serta kontribusi mereka. Berikan umpan balik dengan teratur yang mencakupi dorongan dari semua generasi untuk penekanan terhadap hasil positif maupun negatif, seperti penyampaian kekhawatiran, saran, serta kritik demi uopaya menciptakan pengembangan kinerja ke arah lebh baik. Dalam hal ini, perusahaan dapat memanfaatkan survei atau pertemuan rutin sebagai sarana pembinaan diskusi terbuka. Tidak kalah krusial bagi perusahaan untuk mempromosikan lingkungan kerja yang penuh rasa hormat. 

5. Menyediakan gaya perekrutan serta peluang pengembangan kompetensi profesional yang berkembang 

Generasi yang beragam pastinya juga menyumbangkan asiprasi karir yang beragam. Karyawan dari semua kelompok dapat dioptimalisasi dengan menawarkan peluang pengembangan melalui opsi program pelatihan yang dirancang untuk upaya peningkatan kompetensi, pengetahuan, serta pertumbuhan kapabilitas individu supaya performa perusahaan turut maju. Akan tetapi, di zaman yang sudah berkembang diwarnai sistem digital, menjadi poin utama bagi perusahaan untuk menyadari bahwa metode kerja tradisional memiliki kemungkinan tidak lagi memberikan hasil yang diinginkan. Sistem rekrutmen serta pengembangan kecakapan profesional yang mengimplementasikan teknologi layak diupayakan. Agar dapat secara efektif memenuhi preferensi generasi baru ini, penting untuk merangkul dan mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik kerja dari perekrutan hingga pengembangan internal, dengan mengadopsi pendekatan yang lebih tech-savvy. 

Supaya tidak kalah saing di dunia yang dinamis ini, ID Career memperkenalkan solusi baru yang menarik melalui Career Verse dan Talent Shopping. Sebagai platform perdagangan kerja (Job Commerce) dengan konsep Talent Shopping, ID Career memberikan pembaharuan unik untuk menjembatani kesenjangan generasi dalam perekrutan dengan didukung sistem mudah, cepat, efisien, serta berbasis optimalisasi teknologi. Semudah fitur “check-out” di e-commerce, platform Talent Shopping menyediakan metode cari kerja simple yang memungkinkan perusahaan untuk merekrut pekerja ke dalam keranjang belanja. Tidak berhenti di situ, fitur “Messages” juga memungkinkan perusahaan dengan pencari kerja untuk terkoneksi secara langsung. 

Tentunya supaya pencari kerja dapat menarik hati rekruter, diperlukan personal branding yang kuat. Pengen tau gimana caranya? Baca artikel mengenai personal branding ini untuk strategi menariknya!